Article Detail
SEMINAR PARENTING “MENJADI ORANG TUA CHILL BAGI GENERASI Z”
Sabtu, 17 September 2022 menjadi hari yang istimewa bagi para orang tua siswi SMA Tarakanita 1. Hari tersebut merupakan hari refleksi untuk melihat proses perkembangan putri - putri mereka secara psikis. Sekaligus, hari itu juga menjadi sarana belajar para orang tua untuk menjadi orang tua zaman sekarang. Tentu saja disadari bahwa betapa susahnnya mendidik anak masa kini ini yang seringkali menimbulkan konflik antara orang tua dan anak. Apa yang pernah bapak ibu terima sebagai hasil didikan orang tua dahulu tidak bisa sepenuhnya diterapkan pada zaman sekarang. Demikian dikatakan Suster Pauletta, CB, Kepala SMA Tarakanita 1 saat membuka acara Seminar Parenting “Menjadi Orang Tua Chill Bagi Generasi Z”
Seminar Parenting “Menjadi Orang Tua Chill Bagi Generasi Z” ini dilaksanakan atas kerja sama FKKSKM dengan Initarki. Hal tersebut dikatakan oleh Ibu Amita sebagai wakil ketua FKKSKM dalam sambutannya mengawali kegiat-an seminar ini. Lebih lanjut, dikatakan pada orang tua yang hadir di situ bahwa FKKSKM merupakan forum komunikasi orang tua yang memberikan support dan memfasilitasi kegiat-an sekolah. FKKSKM juga meru-pakan jembatan antara orang tua dan sekolah terhadap aspirasi setiap kegiatan sekolah. Ibu Amita juga menandaskan bahwa kegiat-an seminar parenting ini merupa-kan rangkaian acara ulang tahun ke-60 SMA Tarakanita 1.
Kegiatan Seminar Parenting “Menjadi
Orang Tua Chill Bagi Generasi Z” juga dihadiri oleh para guru SMA
Tarakanita di hari yang sama. Karena, hari tersebut merupakan studi guru yang
dilaksanakan setiap bulannya. Suster Pauletta, CB menegaskan pula bahwa para
guru adalah orang tua yang hadir di sekolah yang mendidik putri-putri sesuai
dengan visi misi SMA Tarakanita 1 yaitu membentuk manusia yang berkepribadian utuh,
berwawasan kebangsaan dan digerakkan oleh kasih Allah yang berbela rasa
terhadap manusia yang miskin, tersisih dan menderita.
Seminar Parenting “Menjadi
Orang Tua Chill Bagi Generasi Z” ini menghadirkan narasumber Tari
Sandjojo, S.Psi, Psikolog yang juga alumni SMA Tarakanita 1 angkatan 1992.
Turut memandu pula adalah Hanindita Setiadji yang juga alumni SMA Tarakanita 1
angkatan 1990. Seminar kali ini sungguh interaktif karena moderator memandu
dengan tanya jawab pada narasumber, di samping itu pula diselingi dengan
sharing baik dari narasumber maupun dari moderator. Selain itu, sharing dari
peserta dalam tanya jawab menambah suasana makin hidup seolah - olah seperti
biro konsultasi psikologi.
Pada dasarnya seminar kali ini terdiri atas empat pengertian, yaitu karakter remaja, perkembangan remaja, perilaku remaja dan menjadi orang tua chill. Ibu Tari Sandjojo mengatakan bahwa karakter remaja generasi Z adalah mereka yang lahir atas kompleksitas teknologi (True Digital Natives)
sehingga iden-titas mereka terbentuk le-wat sosial me-dia. Generasi Z ini lahir sekitar tahun
1995-2010. Genera-si Z ini meru-pakan genera-si hiperkogni-tif, yaitu generasi
yang mudah cepat beralih karena
teknologi dan sulit untuk fokus pada hal
tertentu (Think Quickly and Filter Their Attention) sehing-ga generasi
ini termasuk lonely dalam aktivitas sehari-hari. Namun, generasi ini
merupakan generasi yang berwawasan luas dan terbuka,, penuh ide, dan bermental start
up, artinya jika mereka gagal, pasti
akan dicoba lagi. Generasi ini cenderung menjadi enterpreneurship (Calcu-late
enterpreneur). Yang bisa dilakukan
orang tua saat ini adalah berlatih komunikasi dalam delapan detik
mengefektifkan kata. Orang tua juga harus banyak belajar mendengarkan untuk
memahami. Lakukan hubungan yang dekat, tetapi berjarak dengan anak. Dan jangan
lupa, tetap tegas terhadap aturan keluarga.
Selanjutnya, ibu Tari Sandjojo menjelaskan bahwa tugas perkembangan remaja pada generasi Z adalah keinginan me-misahkan diri dari orang tuanya. Pada saat itu, remaja ingin menemukan identitas dirinya. Dalam kondisi ini, bakat menjadi menjadi excel walaupun hanya satu bakat, bukan lagi eksplore atau pun ekspand seperti pada tahap sebelumnya. Generasi Z ini ingin mendapatkan penerimaan dirinya dan menemukan manfaat diri bagi lingkungan. Yang bisa
dilakukan orang
tua saat ini adalah meyakinkan siapa diri remaja dan perlunya mengapresiasi
yang dilakukan remaja ini. Ibu Tari Sandjojo menimpali bahwa jika anak remaja
ini masih melawan orang tua janganlah
dikhawatirkan karena itu menunjukkan otoritasnya,
Ada beberpa pertanda perilaku
remaja yang nampak pada generasi Z. Antara lain, mereka ingin melawan figur
otoritas, dalam hal ini adalah orang tua. Dalam kondisi ini, remaja sebetulnya
mencoba menunjukkan suara atau pen-dapatnya. Perilaku remaja yang nampak
selanjutnya mereka selalu mencari celah.
Ini menun-jukkan bahwa remaja sedang
mencari opsi solusi dari masalah atau aturan yang diterapkan.
Selanjutnya remaja juga sering mencoba berbagai gaya hidup-nya. Hal itu
menunjukkan gene-rasi Z sebetulnya masih mencari-cari gaya hidup yang paling
tepat yang menunjukkan ciri khas dirinya. Generasi Z ini juga sering
menampakkan kegalauannya. Hal tersebut menunjukkan proses penerimaan dirinya
yang belum terbentuk sempurna.
Mengingat karakter, tugas perkembangan remaja dan perilaku remaja
yang nampaknya sepertinya menimbulkan konflik de-ngan orang tua, Ibu Tari
Sandjojo menyarankan agar para orang tua menjadi chill bagi putra putrinya.
Nah, bagaimana menjadi chill ditunjukkan dalam video siswa. Dari video tersebut
dapat ditunjukkan bahwa orang tua yang chill menurut versi remaja adalah mereka
yang tidak menuntut nilai tinggi da-lam ulangan dan meng-hargai nilai ulangan
yang didapat putra putrinya. Selain itu, chill menurut versi remaja adalah
ketika mengobrol di ruang ma-kan dengan santai dan penuh keakraban. Ada pula
remaja yang mengatakan chill menurut versinya adalah orang tua yang selalu
bercanda dan lucu sehingga suasana penuh humor.
Ibu Tari Sandjojo menegaskan bahwa perilaku chill harus dimulai dari kondisi orang tua. Demikian ditegaskan bahwa jika terjadi masalah dengan remaja, sudah pasti dikembalikan pada masalah yang menimpa orang tuanya. Kemudian, ibu Tari memberikan tips menjadi orang tua chill. Antara lain, harus bersikap open minded karena para remaja generasi Z ini adalah individu yang berbeda, sehingga orang tua perlu menunjukkan minat pada mereka. Para orang tua perlu belajar dari kesalahan selama ini antara lain kecenderungan mengambil alih tugas anak-anak dan orang tua terlalu mengatur perilaku anak. Ajaklah para remaja ini mengobrol karena mereka suasana keakraban. Para orang tua perlu mendengarkan untuk memahami, janganlah banyak bicara. Latihan napas 4 4 8 dilatihkan dalam sesi ini sehingga orang tua menjadi lebih rileks. Dan yang perlu diingat berilah remaja generasi Z ini kesempatan untuk magang dan masuk dalam dunia kerja agar mereka memahami dunia kerja untuk masa depannya kelak.
Dan yang perlu diingat jika orang tua melakukan apa yang menurut
anak chill sudah pasti Generation Z, they clean up their own mess.
Dengan demikian Parenting is a marathon, not a sprint.
-
there are no comments yet