Article Detail

Workshop Penerapan Model dan Metode Pembelajaran Pasca Pandemi

Mengawali kegiatan belajar tahun 2021/2022, Yayasan Tarakanita mengadakan workshop Penerapan Model dan Metode Pembelajaran Pasca Pandemi. Tidak kurang dari 273 partisipan mengikuti acara tersebut yang diselenggarakan pada hari Jumat, 9 Juli 2021 pukul 08.00-12.00 WIB. Partisipan terdiri dari Kantor Pusat, Kepala Sekolah, dan juga guru-guru seluruh SD, SMP dan SMA / SMK di wilayah Jakarta. Walaupun kegiatan tersebut juga bersamaan dengan kegiatan pra MPLS di beberapa sekolah Tarakanita, khususnya SMA Tarakanita 1, namun semua komunitas SMA Tarakanita 1 dapat mengikuti kegiatan tersebut dengan baik dan penuh semangat.

Narasumber yang dihadirkan adalah Dr. Nancy Susiana,M.Pd, seorang pakar pendidikan yang sekaligus menjabat sebagai Ketua STKIP Surya. Workshop kali ini dipandu oleh seorang moderator dari SD Tarakanita 5, yaitu ibu Christina Susi Handayani. Acara terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pemahaman model dan metode pembelajaran pasca pandemi dan bagian kedua adalah pembelajaran riset.

Bagian pertama berdurasi dua jam yang mengupas metode dan model pembelajaran di masa pandemic. Pada bagian ini dijelaskan pengertian awal metode dan model pembelajaran yang kemudian diterapkan dengan model pembelajaran inquiry learning. Dari pengertian awal tersebut, dapat diketahui bahwa metode adalah bagian kecil dari pelaksanaan model pembelajaran. Kemudian, dijelaskan pula Flipped Classroom yang merupakan kebalikan dari kegiatan pembelajaran tradisional. Dalam pembelajaran Flipped Classroom aktivitas C1 (remembered) dan C2 (Understand)  dilaksanakan di luar kelas, kemudian di sekolah diadakan diskusi yang meliputi tingkat C3 (Analisis) sampai dengan C6 (Sintesa); dan setelah kegiatan tersebut dilakukan kegiatan di luar kelas kembali dengan mengerjakan tugas-tugas atau latihan. Ditegaskan bahwa unsur-unsur lesson plan yang meliputi kompetensi, kegiatan belajar dan penilaian juga tetap dilaksanakan dalam Flipped Classroom. Artinya, guru harus memfasiltasi siswa dalam memahami materi dan kegiatan belajar. MIsalnya, guru  membuat materi melalui video atau power point untuk membantu siswa dalam eksplorasi diskusi nantinya. Dalam sesi ini, juga diinformasikan model pembelajaran Blended Learning yang merupakan irisan face to face learning dengan online learning, yang intinya Blended Learning mengibaratkan pembelajaran secara online sebanyak 39-70 persen. Dalam pembelajaran Blended Learning terdapat empat tingkatan pembelajaran secara online, yaitu dasar (mencari informasi), menengah (berkomunikasi secara sinkronus dan asinkronus), atas (menggunakan alat presentasi dan visualisasi), dan kompleks (menggunakan LMS). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran di Tarakanita khususnya SMA Tarakanita 1 sudah  berada pada tingkatan kompleks pada kegiatan Blended Learning. Diingatkan juga oleh narasumber bahwa peran guru dalam Blended Learning memiliki tiga tahapan, yaitu seeking of information, acquisition of information, dan synthesizing of knowledge. Intinya, dalam bagian pertama ini ditegaskan bahwa apapun model pembelajarannya dan metode pembelajarannya, harus terbukti dapat mencapai kompetensi sikap, keterampilan, pengetahuan dari kurikulum Tarakanita dan K13, seluruh indikator harus mencakup dari C1-C6 dengan pengertian C1-C2 di luar kelas, dan juga assesment tidak merubah kurikulum Tarakanita dan K13.

Bagian kedua berdurasi dua jam pula yang dilaksanakan setelah break. Bagian kedua ini merupakan pembelajaran berbasis riset yang dapat dilaksanakan oleh guru maupun siswa. Pada bagian ini narasumber mengatakan betapa asyiknya mengadakan penelitian di masa pandemic karena lebih cepat, lebih murah, dan lebih baik dibandingkan dengan masa sebelum pandemic. Ibu Nancy memberikan alasan asyiknya meneliti di masa pandemic asal tahu caranya yaitu dengan memikirkan pertanyaan dan metode penelitian yang digunakan sehingga akan mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut. Sebelum menentukan pertanyaan, dipikirkan dahulu masalah yang akan menjadi topik penelitian. Kali ini bu Nancy memberikan trik mencari masalah, yaitu dengan sikap rasa ingin tahu yang besar yang dapat dilakukan secara deduktif atau induktif. Nah, setelah menemukan masalah, dipikirkan rincian pertanyaan yang nantinya tertuang dalam rumusan masalah. Perlu diingat rumusan masalah adalah pertanyaan yang berhubungan dengan masalah yang memiliki kesenjangan antara idealisme/teori dengan kenyataan dan mendesak untuk mendapatkan solusinya.

Pada bagian kedua ini, kemudian diterapkan oleh guru-guru peserta workshop yaitu bekerja dalam kelompok untuk menentukan masalah dan rumusan masalah melalui breakout room. Kelompok terdiri atas jenjang SD (kelompok bawah dan atas), SMP dan SMA (bahasa, agama-seni-musik-olah raga-BK, Fisika- Kimia-Biologi, Ekonomi-Geografi-Sejarah-PKN, dan Matematika), dan SMK yang sudah ditentukan di awal sebelum melakukan kegiatan workshop tersebut. Setelah itu, diadakan presentasi oleh masing-masing jenjang yang intinya Tarakanita telah siap melakukan pembelajaran berbasis riset.

Acara ditutup dengan ucapan terima kasih dan doa penutup.

Selamat memasuki tahun ajaran 2021/2022 . Viva Tarakanita. 

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment